Wednesday, March 21, 2012

Hasil Uji Mobil Esemka: Apa itu Standar Emisi Euro 2?

Standar Emisi Euro 2

Mungkin Anda lebih sering melihat tulisan ‘Euro 2’ pada bus-bus dibanding kendaraan pribadi di Indonesia. Padahal aturan standar gas buang atau emisi tersebut diterapkan bukan hanya kepada bus, tapi seluruh kendaraaan bermotor, termasuk sepeda motor.

Sebenarnya, apa sih standar tersebut? Euro adalah standar emisi di Eropa, dan menjadi standardisasi emisi di seluruh dunia. “Pada tahun 1958, UNECE (United Nations Economic Commission for Europe) atau biasa disebut ECE membuat standar kendaraan di Eropa. Bagi penumpang (safety) dan environment (lingkungan hidup),” terang Ahmad Safrudin, ketua Komisi Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB). Khusus lingkungan, yang distandardisasikan adalah emisi gas buang dan kebisingan.

Standar emisi UNECE/ECE atau yang sekarang dikenal denggan nama Euro diperkenalkan sejak itu (Euro 1). “Seiring perkembangan zaman dan teknologi kendaraan bermotor, standar itu terus diperbaiki dan ditingkatkan. Hingga sekarang sudah mencapai Euro 6 yang sudah diadopsi di Eropa. Kalau Jepang lagi mengarah ke sana,” jelasnya.

Euro atau European Emission Standars yang berguna untuk menekan emisi umumnya dibatasi dengan aturan yang ketat dan berjangka. UNECE/ECE menetapkan batas maksimum untuk tingkat kandungan timbal untuk kendaraan berbahan bakar bensin dan sulfur untuk mesin diesel. “Kalau Euro 2 maksimum 500 ppm, Euro 3 350 ppm, Euro 4 50 ppm, Euro 5 10 ppm dan Euro 6 lebih kecil dari 10 ppm,” bebernya.

Nah, khusus di Indonesia, berdasar surat Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 141 tahun 2003, standar emisi Euro 2 mulai diterapkan. Dengan keputusan tersebut, ditentukan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi atau current production.

Meski SK (Surat Keputusan) sudah diteken, namun baru efektif awal tahun 2007. “Tapi Indonesia termasuk ketinggalan karena negara tetangga kita sudah lebih duluan,” ungkapnya. Ia menyebutkan, negara Thailand dan Malaysia sudah memakai standar Euro 2 sejak tahun 1997, lalu Singapura pada 1995 dan Filipina pada 2000. “Itu pun penerapan Euro 2 sudah lama, tapi implementasinya sampai sekarang belum Euro 2,” tegas Puput yang menyontohkan belum semua produksi mobil baru memakai catalytic converter.

Jadi menurut Puput, jika ada mobil yang belum lulus uji emisi standar Euro 2 sebenarnya enggak usah risau. “Karena masih bisa di-adjust lagi mesinnya atau pasang catalytic converter,” sahut pria berkaca mata menanggapi mobil Esemka.
(mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Spesialis ECU Haltech : Selalu Riset

Kehadirannya setiap hari di mesin dynamometer bengkel Khatulistiwa Suryanusa, ternyata sudah tercermin sejak Ovi Sardjan masih duduk di bangku SMP. "Sejak SMP saya memang suka dengan komputer mesin. Waktu itu namanya Megamap dan saya lihat di bengkel om saya (Ismail Sardjan, Red)," ujar Ovi, sapaan karibnya.

Meski sempat bekerja di salah satu perusaan trading sebagai IT, Ovi tetap kembali ke hobi awalnya utak-atik komputer baik software maupun hardware, terutama yang berhubungan dengan mesin mobil. Maka, tak perlu pikir panjang menerima tawaran untuk bergabung dengan bengkel Khatulistiwa Suryanusa pada tahun 2002.

Memang, tidak langsung pegang komputer mesin begitu bergabung dengan salah satu bengkel balap tenar nusantara. Namun memang sudah dasar hobi, pria 35 tahun ini tetap saja berusaha untuk mencari tahu lebih dalam mengenai Haltech. "Saya belajar banyak dari Om Kemal (Kemal A. Bachrie, Red)," lanjut Ovi.

Meski latar belakang pendidikannya di bidang ekonomi, pernah pindah kampus dari Gunadharma ke Institut Bisnis Manajemen Indonesia, semangat ngoprek komputer tetap dilakoninya. Tidak heran kalau Ovi mengalami sendiri perkembangan stand alone asal Australia ini. "Waktu masih Megamap, ngetune pakai PC, belum jaman laptop. Terus Haltech mulai dari sistem operasi DOS ke Windows 16 bit, terus sekarang 32 bit," kenangnya.  

Menurut Ovi, semua orang bisa memasang komputer mesin stand alone ECU seperti Haltech ini. "Bisa mengoperasikan komputer, lalu belajar software Haltech sama punya pengetahuan soal mesin," beber ayah seorang putra ini.

Selama bergelut dengan Haltech, Ovi selalu mengamati perkembangannya. Jika dulu pemasangan stand alone ECU wajib mengganti semua sensor dengan sensor Haltech, kini bisa memberdayakan sensor standar. "Yang penting bisa mengerti trigger dari mesin karena setiap mobil berbeda-beda," katanya. Trigger adalah sensor putaran mesin yang biasanya ada di kruk as dan kem.

Dasar hobi inilah yang bikin Ovi selalu memperhatikan detail kecil dan riset kecil-kecilan. "Saya juga suka memberi feedback pada produsen Haltech di Australia. Misalnya hasil tuning Jazz baru dan hasil dyno saya kirim ke sana. Mereka appreciate banget. Kadang ada software yang baru dikembangkan, kita diminta jajal dulu," girangnya.

Uniknya, riset sampai dilakukan pada mobil hariannya. Toyota Kijang kapsul keluaran awal dibikin injeksi dan pasang Haltech. Bukan buat kencang. "Paling sulit bikin settingan buat mobil harian karena harus tokcer pada segala kondisi. Misal enak saat panas, tetapi pas start pagi mbrebet," ulasnya.

Kalau buat mobil balap sih mudah. Karena kondisinya terukur hanya buat di dalam trek saja. Lantas kapan perlu pakai stand alone ECU Haltech? Intinya, jika settingan ECU standar sudah tidak mampu menyalurkan hasrat, silahkan pilih sesuai kebutuhan.

Mulai dari piggyback dulu seperti Haltech Interceptor. Kalau kurang, bisa coba piggybacking system pakai Haltech PS 500. Buat yang sudah advanced, ada pilihan Haltech PS 1000 dan PS 2000 dengan rentag harga antara Rp 11,250 - Rp 20,250 juta. (otosport.co.id)
Khatulistiwa Suryanusa
Jln. Pramuka Raya Kav.69
jakarta pusat
Telp.(021)4248384


View the original article here

Hasil Uji Mobil Esemka, Yuk, Kita Bedah!, Apa Beda Uji Emisi BTMP?


Berdasarkan surat keputusan Dirjen Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan RI No. AJ.SOE/17/6/DJPD/2012, untuk kedua kalinya mobil Esemka dinyatakan belum lolos pengujian di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTMP-BPPT), Serpong Tangerang.

Ada dua item yang dinyatakan belum lolos uji, pertama emisi gas buang yang berstandar Euro 2 dan lampu depan yang juga belum memenuhi standar.

Jika kita melihat hasil pengujian dari mobil yang dibuat oleh anak-anak SMK di Solo ini, memang masih di atas ambang batas yang ditentukan.

Nah, biar lebih paham dan jelas, yuk kita bahas hasil pengujian mobil Esemka ini.

Apa Beda Uji Emisi BTMP?

Kita sering melihat mobil sedang mengalami perawatan rutin dan selalu mengalami uji emisi. Bahkan sempat bergaung kewajiban uji emisi kendaraan setiap tahun sebagai syarat perpanjangan STNK. Lantas apakah bedanya uji emisi yang kerap kita lihat dengan pengujian emisi yang dilakukan Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BTMP-BPPT) di Puspiptek Serpong, Tangsel?

Bedanya sangat jauh. Pada saat servis mobil, pengecekan emisi yang dilakukan adalah pengecekan emisi aktual pada saat stasioner. Alat yang digunakan adalah four gas analyzer yang mampu mendeteksi komposisi gas CO, CO2, O2 dan HC. Atau five gas analyzer yang mampu mendeteksi NOx.

Hasil pemindaian alat ini adalah komposisi gas dalam satuan persen volume. Hasilnya pun berupa emisi sewaktu hanya pada stasioner. Bisa saja mesin digas pada 2.500 rpm, misalnya untuk melihat emisi pada putaran lebih tinggi.

Nah, uji emisi pada BTMP bisa melakukan jauh dari itu. Karena dilakukan sebagai persyaratan memperoleh sertifikat emisi Euro 2. “Saat ini, alat kami mampu menguji sampai standar Euro 4,” ujar Anis Sukmono dari divisi pengujian kendaraan bermotor BTMP.

Pengetesan pun dilakukan sesuai standar. Seperti pengetesan selama 19 menit 40 detik, mobil ditaruh di atas dyno untuk simulasi pengendaraan normal. Baik urban driving maupun extra urban driving dengan kecepatan bervariasi dari 15 dan 30 km/jam sampai kecepatan tinggi 50, 70 hingga 120 km/jam.

Dari situ, gas buang diukur dalam satuan ppm (pack per million). Didapat juga jarak tempuh selama pengujian. Sehingga data sesuai dengan standar Euro 2, yaitu emisi CO 5 gram/km dan emisi HC + NOx 0,7 gram/km. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Tes Drive Hyundai Grand Avega A/T, Shiftronic Ala Hatchback Murah

Jakarta – Langkah Hyundai memasukan Grand Avega bertransmisi otomatis (A/T) dirasa menggebrak pasar hatchback Tanah Air. Apa pasal? Tak lain karena Grand Avega otomatis mengaplikasi transmisi model Shiftronic yang biasa nangkring di mobil dengan harga di atas Rp 200 jutaan.

Nah, untuk menghapus rasa penasaran langsung saja bejek Grand Avega A/T di jalan raya ibukota. Masuk ke dalam kabin, nuansa sporty yang sama seperti versi manualnya menyeruak. Perbedaan hadir di center cluster, tentu dengan gear knob ala Shiftronic 4-speed.

Mesin Gamma 1.4 liter berdaya 108 dk mulai dinyalakan. Pindah ke posisi D, mobil ini tak menyentak diputaran mesin rendah. Tak puas menjelajah jalanan padat dengan posisi gigi D, kami berpindah ke jalan tol untuk mencoba sensasi transmisi Shiftronic nya.

Di jalan tol transmisi Shiftronic cukup ampuh untuk mengail tenaga. Namun jangan harap bisa merasakan sensasi engine brake seperti mobil sekelas BMW atau VW. Sebab, batas putaran mesin terasa dibatasi. Sehingga, posisi gigi akan berpindah menyesuaikan dengan rpm, meski kita belum memindahkannya.

Untuk handling. Beberapa kali terjebak lampu merah, setir Grand Avega A/T terasa sedikit berat ketimbang saudaranya Kia Rio. Asiknya, setir ini sangat berguna kala ngebut yang membuat handling lebih stabil.

Untungnya lagi, menjelajah Jakarta yang macet terasa mudah berkat  tombol audio yang terintegrasi dengan setir, membuat pengemudi tak perlu repot saat mengganti lagu di CD, MP3 dan USB atau channel radio.

Oiya, sisi kenyamanan masih ditunjang lagi dari penggunaan suspensi empuk dan stabil. Belum lagi kabinnya yang kini lebih senyap. Bahkan bunyi mesin maupun ban tak masuk meski digeber hingga 150 km/jam.

Grand Avega A/T yang dibanderol Rp 172,5 juta bisa dipertimbangkan untuk menjadi alternatif bagi anda yang menginginkan hatchback canggih dan praktis dengan harga terjangkau. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Modif Proton Satria Neo Reli, Siap Tantang Jazz dan Swift!


Tidak bisa dipungkiri, mobil-mobil yang dipakai untuk berlaga di ajang internasional pasti menarik bagi seseorang. Seperti sosok Proton Satria Neo yang kerap berlaga di ajang reli Asia Pasifik dan Interkontinental mampu membuat Andry Tan berpikir keras untuk memilikinya.

Tak bisa memiliki mobil Proton Satria Neo S2000 seperti milik pereli tak menyurutkan Andry untuk membangun Proton Neo asli keluaran 2010. Perlu diakui, inilah Proton Satria Neo pertama di Indonesia yang dipakai reli. Siap bertarung di kelas GR2 melawan Suzuki Swift dan All New Honda Jazz.

Beruntung Andry kenal dengan Rizal Sungkar, yang juga pereli. "Semua preparasi mobil diserahkan ke Rizal yang memiliki koneksi untuk pemesanan barang di negara tetangga," seru Andry. Untuk suspensi, adik kandung Rifat ini memilih Drummond keluaran Australia.
Sokbreker ini dipercaya mampu meredam goncangan dan cukup kuat untuk menopang bobot Proton Satria Neo ketika mendarat setelah jumping. Semua bushing pada kaki-kaki juga tak ada lagi yang menggunakan bahan karet. Alasannya kalau menggunakan karet, akan lebih cepat rusak.

Sistem rem masih menggunakan standar mobil, hanya beberapa komponen penting yang diganti. Seperti slang rem dipakai braided supaya tidak mudah putus ketika panas. Selain itu, kampas rem pakai keluaran Carbonelorraine produksi Inggris. Penggunaan kampas rem ini membuat Andry berani ngerem lebih dekat dengan tikungan.

Sementara itu, mesin tak banyak ubahan. Mendukung performa, Rizal memesan camshaft khusus ke Australia, dengan ukuran 2720. Selain camshaft, produk custom bengkel RFT yakni per klep. Alasannya, part tersebut tidak terdapat dipasaran.
Pekerjaan yang tak mungkin dilupakan dan cukup penting yakni, pengolahan kembali kepala silinder. ‘Kulit jeruk' yang dapat menghambat aliran udara dihilangkan. Rasanya percuma tenaga sebesar 170 dk di putaran mesin 6.800 rpm kalau tak cepat sampai ke pelek Speed Line tipe Corse ukuran 15x6,5 inci yang berbalur Yokohama A035. Supaya tak membuang tenaga dan waktu, girboks ganti tipe close ratio, masih ditambah dengan short shift produksi RFT.

Uji coba mobil ini sepenuhnya akan berlangsung di event resmi yang kemungkinan besar akan digelar pada pertengahan Maret 2011.

Beda Dimensi

Dilihat secara dimensi, tentu mobil Proton Satria Neo milik Andry Tan akan jauh berbeda dibanding kit car Proton Satria Neo yang dibesut oleh Alister McRae atau Chris Atkinson di ajang reli asia pasifik. Paling terlihat dari dimensi bodi depan. Mobil reli asia pasifik jauh lebih lebar dibanding mobil milik Andry. Demikian juga dengan bagian belakang serta lebar traksi roda.

Hal ini sangat dimungkinkan karena berbeda pembuatnya. Proton milik Andry, benar-benar dibuat oleh pabrikan Proton di Malaysia dan kembali dipreparasi oleh bengkel RFT. Sedang besutan Alister McRae dan Chris dibuat di Inggris, oleh Chris Mellors yang sudah terkenal membuat kit car tipe S2000.

Secara kekuatan mesin dan girboks juga jelas jauh berbeda. Tak mungkin mesin standar dipasangkan di mobil reli asia pasifik. Demikian juga dengan girboks. Meski sama-sama close ratio, namun memiliki perbedaan dimensi, berat dan bahan.

Namun, mobil Proton seperti milik Andry ini tetap berlaga di ajang reli. Tengok pacuan milik tim Cusco yang diperkenalkan awal Januari lalu di sebuah acara di Tokyo. Dimensinya tak jauh beda dengan milik Andry Tan. (otosport.co.id)


View the original article here

Modif Honda Jazz 2006, Pink Your Rides!


Pink Your Rides!

Cinta atau centil! Itu yang biasanya terlintas ketika muncul warna pink atau merah muda. Bagaimana kalau diaplikasikan ke motor atau mobil? Buat Maraisa Dewi, pink adalah ungkapan cinta. Tapi bagi Jajang Maulana Yusuf, pink mengingatkan pada ‘tragedi’ salah airbrush.

JAZZ CINTA

Cinta menjadi alasan utama modifikasi Honda Jazz 2006 milik Maraisa Dewi ini. “Mobil ini merupakan hadiah dari papaku waktu aku masih kuliah,” papar kelahiran Solo 24 tahun lalu yang tengah menjajaki karir sebagai penyanyi pop ini.

Kelir pink di bodi merupakan warna standar, namun interiornya dirombak dengan kulit sintetis yang juga berwarna merah muda. “Saya suka warna pink, pokoknya girly banget. Ditambah boneka Hello Kitty pada sandaran jok, bikin betah di dalam mobil,” kenes Caca, panggilan akrabnya.

Pink juga merambah kaca depan, cutting sticker huruf kanji Jepang dengan konfigurasi nama Caca. “Saya memang suka dengan semua hal bernuansa Jepang, apalagi saya adalah lulusan sastra Jepang. Jadi sekalian mempertegas identitas,” urai pelantun single ‘Aku Tanpamu’ yang mengaku masih jomblo ini. Wow! (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Merawat Bodi Mobkas Era 70-an

Selain itu Danny Sawali dari Fast & Details Galerry TM Mequiar’s Bali Branch juga punya jurus merawat bodi mobkas era ‘70an yang telah Anda pinang. “Bila membutuhkan poles sebaiknya gunakan material yang halus dengan dual action polisher,” jelasnya seraya kembali mengingatkan jangan gunakan material yang kasar atau agresif lantaran cat pada permukaan bodi biasanya di usia lawas sudah menipis .

Masih menurutnya, untuk kaca dapat dibersihkan dengan glass cleaner yang bisa didapat di gerai car care. Hati-hati dengan tampilan interior yang masih orisinal. “Lebih aman dengan lap basah saja tanpa cleaner,” jelas Danny lagi.

Tidak hanya itu, lebih lanjut pria ramah itu menuturkan, saat membersihkan ornamen krom harus hati-hati. “Jangan pakai pembersih krom yang umum karena cenderung bahannya terlalu keras dan beresiko membuat krom terkelupas karena sudah berumur tua,” ungkapnya.

Sementara itu Danny juga menuturkan untuk bagian mesin tidak disarankan melakukan pembersihan yang berlebihan. “Kecuali di area rembesan oli karena dikuatirkan kabel-kabel dan selang sudah banyak yang rapuh atau getas.

Mudah bukan? (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Speedspark Unlimited Dynopiggy : Buat Semua Motor Injeksi


Saat yang ditunggu-tunggu pemilik motor berpasokan injeksi akhirnya berbuah manis. Khususnya motor dengan silinder tunggal seperti Yamaha V-Ixion, Honda PCX, Kawasaki KLX250 atau Honda Supra X 125 PGM-FI.

Speedsparks Unlimited Dynopiggy yang sebelumnya masih berupa beta version kini telah rampung. Piggyback dengan kemampuan bukan hanya sebagai programmable fuel controller dan programmable ignition controller, tetapi juga mampu menggeser (mengatur ulang) limiter tachometer layaknya sebuah ECU (engine control unit) stand alone.

Asyiknya lagi, Speedsparks Unlimited Dynopiggy tak lagi monopoli Yamaha V-Ixion saja, melainkan bisa diterapkan ke motor injeksi lainnya.

Setelah melakukan banyak revisi pada versi pendahulu, Speedsparks Unlimited Dynopiggy kini juga memiliki kemampuan untuk ‘belajar sendiri’ (self learning). Maksudnya, mampu mengatur mapping injeksi bahan bakar secara otomatis yang berhubungan dengan perbandingan udara dan bahan bakar alias AFR (air fuel ratio).

Cara kerjanya dengan membandingkan kurva waktu akselerasi (time curve acceleration) terbaik yang dicatat melalui fasilitas data logging. Waktu akselerasi terbaik inilah yang selanjutnya dipilih sebagai mapping injeksi terbaik.

Metode self learning pada Speedsparks Unlimited Dynopiggy merupakan solusi PNP untuk masalah AFR yang memudahkan teknisi dan pemilik motor. Namun tentu saja memerlukan teknisi atau tuner yang paham dan terlatih untuk menggunakannya.

"Cukup dengan melakukan beberapa kali run di jalan raya, dalam waktu sekitar 5 menit, Speedsparks Unlimited Dynopiggy dapat mencari sendiri titik optimum untuk mapping injeksi bahan bakar yang ideal," terang Adrian lagi. (otosport.co.id)


View the original article here

OTOMOTIFNET Gelar Mini Test Drive, Suguhkan Dua Hatchback Korea

Senin, 12 Maret 2012 12:35 WIB

Jakarta - Terus memanjakan para pembaca dan anggota forum OTOMOTIFNET (otonetters), Jumat lalu (9/3) redaksi OTOMOTIFNET menggelar sebuah acara bertajuk "Mini Test Drive" (MTD) di kawasan Patung Panahan, Senayan.

Meski hanya berdurasi empat jam dan sempat diguyur hujan deras, namun tak menyurutkan niat 20 orang otonetters yang hadir untuk menjajal dua unit mobil yang disediakan, yakni All New Kia Rio dan Hyundai Grand Avega.

Para peserta siap menjajal dua hatchback Korea didampingi instruktur
Tiga rute sudah disiapkan, mulai dari Jl. Asia Afrika hingga kawasan Jl. Gerbang Pemuda, menjadi alternatif untuk menggeber habis dua mobil Korea tersebut.
"Saya penasaran mau coba dua hatchback ini, jarang-jarang bisa test drive kalau bukan acara dari OTOMOTIFNET," ujar Gilang, seorang otonetters yang menyempatkan khusus hadir diacara MTD

Puas dengan rute di jalan raya, sesi kedua dipindahkan ke kawasan Parkir Timur. "Tenaga rasanya memang lebih yahud Rio, mungkin karena versi manual. 7 transmisi udah cukup nendang banget buat hatchback 1400 cc ini," ujar Posman, yang familiar dengan nama kijang_merah_faster di forum OTOMOTIFNET.

Setelah semua menjajal kelincahan dan performa dua mobil Korea tersebut, saatnya para otonetters berpose bareng sebelum berpisah kembali ke rumah masing-masing.

"Ke depan kita bakal pindah lokasi biar lebih fun acara, dan akan terus rutin, satu sampai dua bulan sekali," ungkap Heru Nugroho, Digital Strategic & Virtual Community Officer Automotive Digital Media.

Nah, buat otonetters yang penasaran serunya acara ini langsung saja klik kesini dan pantengin terus forum OTOMOTIFNET.com. So, tunggu seri MTD selanjutnya, pastinya dengan lokasi dan suasana yang berbeda. (mobil.otomotifnet.com)
Penulis : JJ • Teks Editor : Bagja • Foto : Arseen

View the original article here

Hasil Uji Mobil Esemka, Yuk, Kita Bedah Intensitas Cahaya (Candela)

Intensitas Cahaya (Candela)

Mobil Esemka untuk kedua kalinya gagal dalam uji emisi dan kelayakan jalan. Berdasarkan pengujian pertama, 3 Agustus 2010 lalu, SUV racikan siswa-siswa SMKN 2 Surakarta, Jateng ini juga belum memenuhi standar uji intensitas cahaya untuk sektor penerangan utamanya.

"Waktu itu memang belum memenuhi kualifikasi yang ditentukan, yaitu intensitas cahaya lampu mesti mencapai minimal 12.000 Candela (CD). Sementara mobil Rajawali Esemka, lampu kanan hanya 10.900 CD dan sebelah kirinya hanya 6.700 CD. Versi yang sekarang sudah kami revisi, tapi memang belum dites lagi," jelas Dwi Budi Martono, kordinator pembelajaran industri kreatif dari SMKN 2 Surakarta yang dihubungi melalui telepon genggamnya beberapa waktu lalu.

Intensitas cahaya itu sendiri berarti, besarnya output atau kekuatan cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya, untuk suatu sudut padat pancar tertentu dalam besaran Steradian dan dinyatakan dalam satuan Candela (CD) dengan simbol I.

Satuan ini kerap digunakan untuk menginformasikan tingkat terang dari suatu lampu yang dilengkapi reflektor. Seperti jenis lampu par 38 yang umum digunakan untuk lighting panggung, termasuk lampu halogen yang dipakai untuk kendaraan.

Menurut Larjoko, asisten manajer R&D PT Ichikoh Indonesia, besaran Candela yang tak memenuhi kualifikasi dapat disebabkan oleh beberapa hal serius. "Paling utama adalah intensitas cahaya yang dipantulkan dari reflektor head lamp. Sebab kondisi ini lah yang akan menentukan kuat-tidaknya output dari cahaya lampu tersebut, dengan catatan bohlam yang dipakai sudah memenuhi standar internasional seperti tipe H4 60/55 Watt 12 Volts," urai pria yang terlibat dalam proses riset dan pembuatan head lamp beberapa merek mobil di Tanah Air ini.

Diakui oleh Dwi bahwa saat pengujian terdahulu, mobil Esemka menggunakan bohlam H4 60/55 Watt 12 Volt, dengan head lamp menggunakan kepunyaan Honda All New CR-V. "Memang saat pengukuran terdahulu, sorotan cahaya di tiap lampu melenceng sekitar 30 derajat ke arah luar. Sehingga sensor pengukur hanya menerima bias cahayanya saja," ungkap guru yang akrab disapa Toto ini.

Menurut Toto, kondisi tersebut dipicu oleh posisi lampu yang sudutnya belum presisi menyesuaikan dengan desain bodi mobil. "Kalau semua lampu sudah menggunakan komponen standar, faktor akurasi bodi perlu dicek ulang dengan melakukan metoda body fitting. Karena tanpa akurasi bodi dengan komponen pendukung seperti lampu, pengujian akan sia-sia," saran Larjoko.


View the original article here

Tes Drive Kia Rio Manual, Sensasi 6-Speed Versi Dalam Kota


Jakarta – Jika sebelumnya pengujian pertama hatchback Kia Rio dilakukan di luar kota beberapa waktu lalu, kini giliran Rio dibejek di dalam kota. Menariknya, versi yang dipilih adalah Rio manual yang merupakan pionir hatchback dalam kota bertransmisi enam percepatan. Bagaimana sensasinya?

Mulai masuk ke kabin, nuansa khas mobil kota yang modern langsung terpancar. Hal ini terlihat dari aplikasi dashboard asimetris dengan kabin yang didominasi kelir hitam. Ada lagi tombol instrument MID di setir, spion retractable. Serta head unit double DIN dengan koneksi Bluetooth, USB dan aux-in.

Duduk di bangkunya, posisi kita akan terasa mendem. Untungnya feeling mengemudi mudah didapat berkat bentuknya yang kompak dan aplikasi jendela kecil di pilar A untuk mengurangi blind spot.

Kemudahan dalam handling juga dihadirkan dengan fitur power steering elektrik berjuluk Motor Driven Power Steering (MDPS) yang membuat setir terasa ringan. Fitur itu membuat selap selip di kemacetan makin mudah.

Mulai menyalakan mesin Gamma berkapasitas 1.396 cc 4 silinder, yang kini sudah berteknologi CVVT sekaligus DOHC bertenaga 107 PS dan torsi 13.8 kgm. Suara mesin cukup senyap di dalam kabin.

Sayangnya, tarikan awal Rio kurang responsif. Sehingga pedal gas agak diinjak lebih dalam untuk mendapat tenaga lebih. Padahal, Rio telah dibekali transmisi manual 6-speed. Tapi untuk ukuran dalam kota, tarikan Rio masih terbilang normal.

Tentunya dalam pengujian dalam kota, posisi top gear tak terlalu berguna, hanya mentok di gigi 5 dengan kecepatan 100 km/jam saja. Alhasil, potensi gigi enam yang ganas belum tereksplorasi sepenuhnya.

Kesimpulannya, dengan fitur lengkap seperti ABS EBD, spion retractable, airbag, tombol MID pada setir, power steering elektrik dan transmisi 6-speed membuat Rio sangat mumpuni untuk kendaraan harian. Apalagi harga yang ditawarkan terbilang kompetitif, yakni Rp 164 jutaan.

Anda berminat? (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Chevrolet Cruze WTCC : Musim Baru Ganti Dapur Pacu

Menakjubkan! Itulah rasanya nyemplak di dalam sebuah mobil balap turing kelas dunia. Yap, otosport.co.id dapat kesempatan ekslusif taxi ride di dalam Chevrolet Cruze WTCC di Sirkuit Bira, Thailand. Lebih mantap lagi, Yvan Muller sang juara dunia WTCC 2010 yang menggenjot langsung sedan biru ini.
Setting suspensi pakai KW suspension
Terlebih, spek yang dipakai adalah settingan terbaru Cruze WTCC dengan mesin anyar 1.600 cc turbo diesel yang akan dipakai buat musim kompetisi 2011. Bagaimana rasanya ya?

Melahap dua lap Sirkuit Bira yang punya panjang 2,1 km sungguh luar biasa rasanya. Masuk tikungan pertama, rolling speed 130 km/jam dan trek sedikit menikung ke kiri masuk chicane di R2 dengan hanya turun di 110 km/jam. Malah kecepatan di chicane berikutnya terpantau 130 km/jam kembali melalui dash logger di belakang setir pembalap kelahiran Altkirch, Perancis ini.

Chevy Cruze standar yang selama ini pernah dijajal otosport.co.id tidak akan sanggup melahap tikungan segitu kencang. Mobil sangat balans dan suspensinya sangat mumpuni sehingga mampu menikung kencang dan masih bisa dikontrol dengan baik.

Ternyata, memang ubahan yang dilakukan tim teknik Chevrolet cukup signifikan. "Tidak konsentrasi pada satu bagian saja. Pengembangannya pada suspensi, rem dan mesin sehingga Cruze ini menjadi supercar," bilang Christophe Dunont, salah satu engineer yang menangani Cruze WTCC ini.

Selama tujuh minggu, Cruze WTCC dibangun pada 2009 silam dan menghabiskan dana sekitar 200 ribu Euro (sekitar Rp 2,6 milyar) per mobil. Cruze dibangun untuk menggantikan Chevy Cobalt yang berlaga pada musim kompetisi 2005-2008.

 
Mesin diesel turbo 1.600 cc memuntahkan 320 dk
Lewat Cruze, tapak roda lebih lebar, mudah mendesain sayap belakang, sasis lebih kaku namun suspensi tetap optimal karena independen. Nah, buat tahun depan ubahan terbesar ada pada sektor dapur pacu. "Suspensinya jauh lebih keras dari mobil standar dan punya banyak setelan pada camber dan toe. Pada dasarnya, kami masih memakai sasis dan suspensi yang sama dengan tahun lalu,"  
Dasbor berhias indikator dan tombol sesderhana
 
Yvan Muller. Konsentrasi soal traksi roda depan
tambah Christophe soal mobil yang pakai pelek 17 x 9 inci ini plus kaki-kaki KW Suspension.

Mesin yang disiapkan 1.600 cc, berkapasitas lebih kecil dari mesin bensin 2.000 cc tahun lalu. Namun dapur pacu diesel kini dilengkapi turbo dan intercooler yang mampu disetting lebih maksimal.

Basis mesinnya memang diambil dari mobil standar namun jauh dimaksimalkan. Misalnya, kepala silinder ditata ulang. Lalu jeroan diganti semua. "Piston, setang dan kruk as diganti jauh lebih baik. Kapasitasnya 1.600 cc lebih kecil. Tetapi tenaganya 320 dk, lebih besar sedikit dari tahun lalu," jelasnya.

Dipadu dengan girboks sequential 6 percepatan, untuk menghela mobil yang hanya berbobot 1.150 kg Cruze WTCC mampu meraih top speed 268 km/jam.

Punya tenaga lebih besar, tentu bikin Yvan lebih pede membenamkan pedal gas. Namun pria brewok ini tetap rendah hati mengingat tetap ada settingan yang perlu dilakukan. "Dengan tenaga besar, ban depan akan kerja lebih keras. Itu tantangannya," senyumnya. Wish you good luck for this season, Yvan!  (otosport.co.id)


View the original article here

Daihatsu Terios TX 2008, Keluarga Tetap yang Utama


Menjadi juara di ajang kontes car audio skala nasional, memang tak pernah terbayangkan sama sekali oleh Dany Soesanto. Meski Daihatsu Terios miliknya berhasil melenggang sebagai pemenang di ajang kompetisi EMMA (European Mobile Media Association) Indonesia Final 2011, (28/1) lalu, namun kepentingan keluarga tetap yang utama.

Sejak awal membangun audio Terios TX versi Anniversary 100 tahun Daihatsu ini, Dany memang sudah berniat untuk mempersembahkannya kepada istri dan keluarga tercinta. Dengan mempersiapkan secara matang setting-an berikut instalasi kepada Jhonny, instalatur Mega Audio di Green Garden, Kedoya, Jakbar.

Setting-an yang menganut sistem speaker 3-way ini sepenuhnya dibikin dengan konsep sound quality (SQ), dengan pertimbangan lebih mumpuni untuk menciptakan kualitas suara yang optimal.

 Dimensi boks pada pilar A serta panel door trim tidak dibikin berlebihan, Untuk memudahkan, remote control ditopang panel model fixed dekat hand brake
Sebab mobil ini lebih banyak dipakai oleh istrinya Dany, selain kerap digunakan untuk acara weekend bersama anak-anaknya. Di samping itu, keluarga Dany sangat menyukai jenis musik bergenre pop, jazz maupun slow R&B. Tak pelak jika setting-an SQ menjadi menu pilihan utama buat membahagiakan keluarga.

Suara yang tertangkap telinga dari tweeter, midrange, midbass dan subwoofer Scanspeak yang terpasang di kabin, memang terdengar istimewa terutama di level vokalnya.

Suara vokal sebagai unsur utama dapat terdengar harmonis dengan iringan midbass yang terkesan lebih lepas. Artinya, suara yang tercipta tidak terdengar terlalu 'kering', seperti setting-an yang terlalu banyak di-tuning melalui proses digital dengan bantuan prosesor.

Meski sistem audio yang dianut pada Terios ini juga andalkan prosesor Alpine PXA-H701, namun Jhonny mengakalinya agar reproduksi suara di semua level tak terdapat jeda terlampau jauh. "Antara suara high, mid, midrange hingga low, frekuensinya di-cutting tak terlampau jauh. Sehingga dapat terdengar lebih natural."

Kualitas efek suara panggung juga dimaksimalkan dengan kayu Sunmook, yang diletakkan di kaca depan dekan dasbor. Fungsi komponen ini untuk membuat semua suara yang tercipta di atas dasbor, dapat terdengar lebih fokus dan lebih diam.

Pantas jika hasil setting-an dan treatment tadi diberi poin tertinggi dengan total nilai 439, dan berhak menyabet gelar Champion di kelas Master 60 juta.

Kosmetik Bercerita


Ruang bagasi dipermanis dengan kosmetik unik, dengan desain yang menceritakan tentang filosofi petualangan bahari. Dany terinspirasi dari pecahan uang kertas Rp 100 yang beredar beberapa tahun lalu, yang terdapat gambar kapal layar Phinisi Nusantara dan Gunung Krakatau.

Dipilih filosofi petualangan bahari lantaran Dany sangat mengagumi semangat nenek moyang bangsa Indonesia, yang terkenal sebagai sosok pelaut sejati. Cerita petualangan kapal layar Phinisi Nusantara yang mengarungi samudera Pasifik selama 67 hari, untuk menghadiri pameran bahari di Vancouver, Kanada pada 1986 silam, diilustrasikan dengan membuat boks subwoofer di tengah sebagai simbol gunung Krakatau.

Lukisan 3D pada sisi kiri boks menggambarkan perjalanan kapal layar Phinisi Nusantara mengarungi samudera. Gambar 3D burung elang di atas batu karang di sisi kanan boks, mengilustrasikan pemandangan di sekitar Selat Sunda yang dilalui kapal layar ini. Sedangkan dinding pembatas kedua lukisan 3D dengan boks subwoofer, sebagai perlambang pulau Jawa dan Sumatra.
(mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Yuk Ulas Spyder, Konektor Subwoofer


  Spyder

Spyder yang berkelir merah seperti pada gambar ini berfungsi sebagai suspensi gerak maju mundurnya cone. Bagian ini sangat menentukan kualitas bass yang dihasilkan oleh cone.

Intinya, bass yang baik akan terdengar solid. Komponen ini pula yang harus dihindari dari kondisi basah.

Konektor Subwoofer

Konektor merupakan pe­ranti penghubung tenaga dari power amplifier ke subwoofer. Perangkat ini terdiri dari dua terminal positif dan negatif.

Nah, untuk positif biasa ditandai dengan huruf plus atau warna merah. Sedangkan untuk negatif ditandai dengan warna hitam atau kode minus. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Komparasi SUV Keluarga, Siapa Unggul?


Seratus dua puluh tahun sudah teknologi mesin diesel mewarnai kehidupan kita. Tepat 23 Februari 1892, Rudolf Diesel memperoleh patent untuk ciptaannya. Kemajuan teknologi pada mesin ini pun berkembang pesat. Utamanya, tampak pada mobil-mobil SUV masa kini.

Sembari mengenang jasa mister Rudolf, OTOMOTIF mengumpulkan empat mobil SUV bermesin diesel untuk rendezvous (baca: kumpul-kumpul) ke habitat aslinya.

Sudah barang tentu bukan di Ibukota. Keempat mobil jangkung ini kami ajak meluncur menuju rute berliku menuju Kawah Kereta Api atau Kawah Manuk di sekitar PLTU Kamojang, sisi selatan Bandung, Jawa Barat.

Perjalanan menyusuri tol dan keluar pintu Buah Batu menuju Majalaya yang bergelombang jelas makanan empuk buat ban besar SUV. Trek menanjak menuju kawah pun cukup curam dan cocok buat mengekstrak daya dan torsi raksasa dari mesin dieselnya.

Sedikit kemampuan off-road terpapar gamblang saat kemudi diarahkan ke perkebunan teh Lembang, Bandung. Cocok buat menghabiskan dinginnya sore setelah hujan. Bagaimana hasil pertemuan keempat SUV diesel ini? Yuk, gas pol di halaman berikut!


Performa
Dari keempat SUV diesel ini, ada dua kontestan yang cukup mencolok, yaitu Mitsubishi Pajero Sport Dakar dan New Chevrolet Captiva, sementara yang lainnya, tampil dengan spesifikasi yang tak berbeda di sektor mesinnya. Dari semua itu, ada 3 pengguna VGT (Variable Geometry Turbo), sementara Toyota Fortuner belum mengaplikasi di mesin D-4D-nya.

Penggunaan VGT pada Pajero Sport Dakar, seolah menjadi senjata baru untuk melawan New Captiva yang dulu sempat tak terkejar. Namun ternyata mesin baru New Captiva yang masih berkapasitas sama dengan pendahulunya (2.000 cc) kali ini belum mengungguli performa Pajero Sport. Meski soal handling New Captiva paling unggul di antara semuanya.

Kenyamanan
Bermodal ban besar dan tebal, semua SUV diesel rata-rata punya kenyamanan prima. Ayunan suspensi paling lembut dirasakan pada Everest. Buat melibas jalan bergelombang sepanjang tol Cipularang atau melintas ruas luar kota menuju Majalaya sampai jalan rusak dan berbatu menuju PLTU Kamojang pun mampu diredam dengan baik.

Pajero Sport Dakar dengan handling lebih prima ternyata mampu memadukan dengan kenyamanan bantingan. Meski pelek lebih besar, ban yang dipakai juga lebih tebal, mampu meredam permukaan jalan dengan baik.

Sedangkan Grand New Fortuner punya karakter lembut ketika pelan, namun rada limbung di kecepatan tinggi. Membuat goyangan bodi lebih besar. Sedangkan Captiva dengan handling yang mantap punya karakter suspensi lebih keras dari yang lain.

Fitur
Ingin berkendara santai atau merasakan sensasi transmisi otomatis 5 percepatan dengan sentuhan jari tangan? Semua bisa didapat dari fitur transmisi Mitsubishi Pajero Sport Dakar yang sudah aplikasi paddle shift di belakang setir.

Sementara MID menyediakan informasi seputar mesin tersedia di Pajero Sport Dakar, New Captiva dan Grand New Fortuner. Namun Pajero Sport Dakar yang menyediakan washer pada lampu depan dan sunroof.

Sementara head unit monitor ada di Grand New Fortuner dan Everest. Namun semua bisa memainkan koleksi MP3 favorit.

Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar untuk dalam kota di antara semua SUV diesel ini relatif tak terpaut jauh. Meski terlihat paling sedikit meminum solar adalah Pajero Sport Dakar, sementara yang lainnya tak terpaut jauh dengan yang lainnya di kisaran 9-10 km/liter. Sementara di rute luar kota pun demikian, New Captiva bisa meraih 12 km/liter, sementara yang lainnya berada dikisaran 10-11 km/liter. Namun, ketika menggunakan parameter sama, yaitu kecepatan konstan 100 km/jam, tampak Everest menonjol dengan 15,3 km/liter, sementara yang lainnya berada di kisaran 13-14 km/liter. Sedangkan Fortuner pada 12 km/liter. Tampak VGT cukup signifikan menghemat bahan bakar selain meningkatkan performa.

Akomodasi
Ukuran bagasi rupanya cukup bervariasi. Dengan jok belakang terpasang, Pajero Sport Dakar sedikit lebih lega urusan panjang dan lebar ruang. Pun demikian ketika dilipat. Soalnya Everest terhalang jok yang melipat ke depan, bukan rata lantai.Hanya saja Everest punya plafon lebih tinggi dari semuanya.

Bagasi Grand New Fortuner memang paling lebar, namun terhalang jok yang dilipat ke atas. Sedangkan New Captiva mempunyai bagasi tergolong imut. Meski kursi dilipat rata lantai pun tak selega yang lain.

Tempat penyimpanan barang, ruang kepala dan kaki, rata-rata sama. Sayangnya, khusus penumpang belakang, bisa berbeda pengalamannya. Everest menawarkan leg room paling lega, diikuti Pajero Sport Dakar, Grand New Fortuner dan New Captiva terakhir.

Style
Desain eksterior punya peran sangat penting untuk mengubah imej lama. Ubahan cukup signifikan terjadi pada wajah lawas New Captiva dan Grand New Fortuner.

Wajah lama Captiva diesel yang dimodali model gril sempit di ujung bonnet, kini desainnya berubah dengan penampilan baru yang terkesan lebih gagah. Desain gril dibikin lebih lebar di antara head lamp dan menyatu pada bemper depan.

Sementara New Fortuner versi TRD Sportivo, tampilannya lebih mewah dengan atribut body kit yang merupakan aksesori genuine Toyota itu. Kesan elegan ditunjukkan dari detail eksterior seperti lampu belakang yang menganut model 3D, garnish belakang dengan tulisan Fortuner model timbul serta bemper belakang yang ditambahkan reflektor.

Untuk eksterior Pajero Sport Dakar memang tak banyak berubah, hanya ditambahkan sunroof sebagai pembeda dari versi Exceed. Sedangkan Everest hanya dipermanis dengan gril model krom, agar tampilannya terkesan lebih fresh dari versi terdahulu.

Harga
Persaingan harga di kelas SUV diesel kali ini dimenangkan oleh New Captiva 2.0L A/T Diesel FL-FWD MY11, dengan banderol OTR (On The Road) paling terjangkau di antara ketiga rivalnya, yaitu Rp 361 juta. Posisi kedua diisi Everest 2.5L TDCI 4x2 A/T XLT Ltd, dengan harga OTR Rp 368 juta, diikuti Grand New Fortuner G 2.5 A/T TRD Sportivo Diesel di peringkat tiga seharga OTR Rp 411,9 juta.

Sedangkan Pajero Sport Dakar 2WD Diesel 2.5L A/T, dilabeli paling tinggi di antara tiga rival lainnya, yaitu OTR Rp 439 juta. Itu sebabnya varian andalan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), diposisikan di peringkat paling buncit untuk urusan value for money.

Menilik banderol New Captiva, dapat dijadikan acuan oleh calon pembeli SUV diesel yang selain mementingkan fitur juga mengutamakan harga beli yang lebih terjangkau. Meski begitu, dealer resmi Ford juga memberi iming-iming diskon terbilang fantastis, sekitar Rp 35 juta untuk varian Everest dengan tahun produksi 2011. Agaknya posisi New Captiva akan terus dibayangi Everest, sebagai rival terkuat untuk urusan harga baru di mata konsumen SUV diesel Tanah Air.•

Kesimpulan
Kemajuan teknologi, terutama pada dapur pacu diesel bisa dirasakan sempurna pada semua SUV ini. Diesel yang dulu dikenal loyo, kini berlimpah tenaga dan torsi. Apalagi rata-rata sudah menggunakan turbo dengan fitur variable geometry, kecuali Grand New Fortuner.

Untuk itu, Pajero Sport Dakar menunjukkan giginya pada urusan performa. Namun keiritan bahan bakar rupanya ditampilkan Everest. SUV ini sekaligus memberikan kelegaan kabin dan kenyamanan karena memang dimensinya paling besar dan bantingan suspensi empuk. Sedangkan tampilan segar ditawarkan New Captiva dan Grand New Fortuner. Nah, tinggal menakar banderolnya yang terpaut cukup jauh, karena New Captiva dan Everest cukup menggiurkan dengan harga relatif ‘miring’.
(mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Tuesday, March 20, 2012

Mengenal Subwoofer (Dust Cap), Voice Coil


Mengenal Subwoofer (Dust Cap)

Dalam menjalankan fungsinya, subwoofer yang dikenal sebagai peranti keluaran suara berfrekuensi rendah ini memiliki ragam bagian. Sebut saja dust cap yang fungsinya untuk melindungi voice coil dari debu dan kotoran.

Pasalnya, bila tidak dilindungi akan mengurangi kerja optimal dari voice coil tersebut. Bagian ini juga biasa dikemas dalam tampilan menarik lantaran menjadi titik tengah subwoofer tersebut.

Voice Coil

Bagian ini berfungsi menjadi penghasil gerak maju mundurnya cone sehingga menghasilkan suara yang bersumber dari arus kumparan magnet. Bagian ini biasanya di dalam subwoofer yang lokasinya di atas magnet.

Sebagai catatan, bagian ini merupakan salah satu komponen yang paling dilindungi dari debu dan air
(mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Yuk, Tengok Nyelenehnya Mobil Penyelam Rinspeed Squba

Kamis, 01 Maret 2012 11:05 WIB
Swiss – Tuner asal Swiss Rinspeed memang terkenal akan karyanya yang nyeleneh. Salah satunya mobil berjuluk Squba. Kemampuannya tak main-main, yakni bisa menyelam di dalam air dengan kedalaman hingga 10 meter. Wow!
Hebatnya Squba tetap berjalan mulus tanpa masalah. Terlihat mobil menyelam dan kemudian muncul lagi ke permukaan untuk melaju ke jalan bebas. Pengoperasian mobil pun terbilang mudah, karena untuk fungsi menyelam hanya membutuhkan sentuhan satu tombol saja.
Mobil dengan teknologi modern ini mampu menyelam padahal di desain tanpa atap. Artinya, saat menyelam panel kabin juga bakal terendam air, termasuk penumpangnya. Tapi tenang, semua panel kabin telah didesain anti air, sehingga tak akan bermasalah.

Agar konsumsi bahan bakar makin hemat, bobot Squba dibuat ringan meski sebagian kerangkanya terbuat dari baja. Hal ini berkat banyak komponennya terbuat dari bahan serat karbon.

Squba sendiri memiliki sumber tenaga listrik yang didukung oleh tiga unit motor listrik. Sebagai pelengkap, ada dua piranti Seabob Jet yang ada di depan.

Perangkat itu digunakan untuk respirasi udara mobil di dalam air dengan cara memanfaatkan putaran katup HS Genoin yang fungsinya untuk menutup keluar masuknya air. Jet ini juga di rancang khusus dengan material karbon nano.

Rinspeed mengaku Squba terinspirasi mobil selam Lotus Esprit yang ada di film James Bond “The Spy Who Loved Me” yang dirilis tahun 1977. Untuk itu, mereka juga mengambil basis desain Lotus, namun dari tipe Elise. So,tampang Squba pun tak kalah apik. (mobil.otomotifnet.com)

Penulis : Lala, Ilham • Teks Editor : Bagja • Foto : Autoblog

View the original article here

Suzuki Amenity Grand Sport 1990, Tak Sekadar Modifikasi

Merestorasi mobil kesayangan itu memiliki seni tersendiri. Mulai dari proses mendapatkan mobil sampai mencari parts yang kadang sulit dijumpai. Seperti yang dilakoni Adi Media Notoprawiro pada Suzuki Amenity 2 pintu kesayangannya. “Kalau kata teman-teman, saya ini bukan modifikasi namanya, tapi bikin mobil,” ujar Adi menirukan ucapan teman-temannya.

BEST TIME 11 DETIK

 Sayang, sektor interior kurang digarap dengan baik, Silinder head Cultus ngejar DOHC
Bagaimana tidak membuat mobil, karena hatchback yang menjadi dreams car back to ’90s ini diproduksi terbatas. “Dulu saya dapat mobil ini tahun 2000 seharga Rp 38,5 juta dengan kondisi ala kadarnya,” ungkap pria yang berprofesi sebagai arsitek ini.

Proses membangunnya pun cukup lama, karena harus mencari beberapa komponen yang terbilang langka. Terlebih lagi, ia mengadopsi sebagian komponen dari Suzuki Cultus. “Saya bangun dari tahun 2007 sampai 2011, mulai interior, eksterior, mesin sampai kaki-kaki,” imbuhnya.

Contoh di sektor mesin, Om Adi (sapaannya) memboyong segelondong mesin Suzuki Cultus. “Saat ini saya pakai silinder head -nya saja, karena mesin standarnya masih segar, abis di-overhaul,” ungkapnya. Kepala silinder Cultus yang sudah DOHC itu tak dibiarkan standar, telah di porting polishing dan mengandalkan karburator two barrel milik Honda ZC untuk suplai bahan bakarnya.

Girboks transmisinya ikutan diganti. “Saya kurang tahu ini girboks punya Suzuki apa, yang jelas barang ini eks Singapura dan nafasnya panjang-panjang,” bebernya. Untuk memperlancar gas buang, header juga pakai Cultus sekaligus meng-custom exhaust.

 Ganti lampu Suzuki Eleny jadi lebih ‘muda’, Jok semibucket-nya banyak diburu nih
Lalu, menunjang suplai listrik bertegangan tinggi, dipercayakan Jacobs Coil, Speedspark 9R Module dan busi Bluefire Performa. “Konsumsi bensin bisa 1:13 (liter/km) kalau konstan di jalan tol,” ungkap pria yang sering bolak-balik Jakarta-Bandung ini.

Di sektor kaki-kaki ubahan dilakukan cukup simpel. Hanya ganti sokbeker depan dengan Monroe Sensatrack dan Tokico di belakang. Peleknya adopsi Enkei Rally ring 14 inci dan dibalut ban GT Radial Champiro GTX 185/65-R14. “Cakram dan kaliper rem depan juga pakai Suzuki Cultus,” sahut pria 34 tahun ini.

Guna membuktikan mesin racikan bengkel In Tech Performance Bandung ini, pada gelaran drag race di Harapan Indah Bekasi 2010 silam, mobil ini berhasil meraih juara 1 di kelas 11 detik trek 201 meter.

Best time yang diraih yaitu 11,01 detik setelah berhasil menyingkirkan lawan-lawannya seperti Toyota Yaris, Honda Jazz sampai Mitsubishi Galant. “Rencana saya mau ubah jadi injeksi dan pasang turbo, jika perlu pakai NOS,” bebernya yang juga anggota SAEC (Suzuki Amenity Eleny Esteem Club) ini.

Gas terus, Om! (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

HONDA CR-Z 2010, THE 3rd TRANSFORMATION

Sabtu, 03 Maret 2012 11:34 WIB
Ini adalah transformasi dress-up ketiga dari CR-Z milik Sugiharto. Sebelumnya ia tampil dengan velg Volk Racing TE37 berwarna biru. Namun kini, Sugi kembali dengan spek yang lebih lengkap, dengan dress-up-nya yang lebih total di segala sektor.
“Di sini masih jarang yang mau dress-up mobil hybrid,” alasannya. Selain itu ia ingin mendukung gerakan mobil yang ramah lingkungan. “Sayangnya di Indonesia, mobil hybrid masih terbilang mahal,” ujar Sugi panggilan akrabnya.

    Sugi berpendapat, sebaiknya diciptakan mobil hybrid yang disesuaikan dengan iklim Indonesia. Penyebabnya, CR-Z miliknya punya sistem regenerative brake yang otomatis akan membuat mesin tidak aktif ketika mobil deselarasi. Ketika mesin mati, motor listrik mengambil alih fungsi.
Jadinya, “A/C turut mati ketika mobil sedang deselarasi,” keluhnya. Hal ini berakibat kurang nyaman ketika dipakai harian karena A/C mati setiap kali mobil deselarasi di tengah kemacetan. “Kalau di Jepang sih, suhunya tidak sepanas di Indonesia. Di sini A/C sangat diperlukan, hahaha…” tawanya.

PERSONALISASI OPTIMAL


Seperangkat body kit Noblesse yang dipesan langsung dari Jepang menjadi langkah awal CR-Z ini terlihat berbeda. Body kit ini dibeli Sugi dalam kondisi ‘mentah’ alias belum dilapis cat dan karbon. “Kalau dilapis cat dan karbon dari Jepang, harganya lebih mahal lagi,” kata pria yang tergabung dalam komunitas [CREATE] ini.. Awalnya Sugi hanya memesan seperangkat bumper depan saja, namun terasa kurang menarik.
Akhirnya ia memesan lagi perangkat penunjang untuk meningkatkan visual impact CR-Z. Seperti side skirt, rear diffuser dan rear wing spoiler. “Tapi barangnya agak lama datangnya. Karena waktu itu Jepang habis dilanda musibah tsunami,” kenangnya. Semua perangkat tersebut bisa terpasang secara plug and play dan sempurna. Karena hanya mengikuti dudukan yang sudah tersedia.

UP TO DATE

Untuk velg, Sugih memercayakan kepada Amin Sutiono, punggawa Autostyle, Sunter, Jakarta Utara. “Ia bilang velg desain concave lagi jadi tren, makanya dipakaikan velg ini,” jelas Sugi. Ukuran velg BC Forged ini adalah 19x(8+9) inci, “Sayangnya Amin masih merahasiakan angka offset-nya,” terang pria berpostur tegap ini.
Kemudian untuk meningkatkan handling dan stabilitas, Sugi memercayakan coilover BC Racing yang bisa diatur tingkat kekerasan dan tinggi rendahnya. “Sekarang saya atur di posisi agak tinggi, biar bisa dan nyaman dipakai harian,” jelasnya.

WORKSHOP :
Eksterior     : Hero Motor, Sunter, Jakarta Utara
Kaki-Kaki    : Autostyle, Sunter, Jakarta Utara
Audio        : Music Art, Kemayoran, Jakarta Pusat

DATA DRESS-UP :
Velg BC Forged 19x(8+9) inci, ban Accelera Phi 215/35R19, coilover BC Racing, body kit Noblesse (bumper depan, sde skirt, diffuser belakang, spoiler belakang), knalpot Noblesse, karbon fiber custom, head unit Alpine IVA-W502E, speaker Fabulous Accoustic FA3, power amplifier Art Nouveau, subwoofer Rockford Fosgate P3 10 inci

Penulis : Angga • Teks Editor : Bagja • Foto : Rusli Ifan

View the original article here

Proton Indonesia Akan Berikan Fasilitas Internet Sepuasnya di Mobil


Jakarta - Teknologi internet semakin mendarah daging kepada penggunanya. Bahkan sampai di mobil, anda bisa menikmati keasyikan fasilitas tersebut. Melihat perkembangan ini, penggemar sudah tidak sabar apa yang akan Proton Indonesia bawa kepada mereka.

Jaman canggih seperti ini mendukung langkah-langkah yang dinamis serta cepat. Proton merancang fasilitas tersebut untuk menjembatani inovasi mutahir dalam penggunaan internet dalam fasilitas berkendara.

Proton Malaysia bekerja sama dengan Yes 4G bakal menghadirkan mobil pertama berfasilitas internet. Segala aspeknya dirancang untuk nilai kenyamanan yang mencapai tingkat revolusinya. Kecepatan diangka 15 Mbps bisa membawa anda mengarungi kebutuhan informasi.

"Teknologi ini hadir pada Inspira yang merupakan sebuah mobil sedan sport keluarga," kata Robby Prakoso Head of Product Price & Research Division. Inspira sendiri merupakan mobil yang hadir dalam pasar otomotif Malaysia.

"Kemungkinan untuk penanamannya di Indonesia masih kami diskusikan lebih jauh dan mendalam," kata Robby. Lebih jauh menyasar apakah Exora yang akan menjadi tempat penanamannya. Namun Robby beserta tim masih enggan membuka celah.

Kehadiran teknologi tersebut tentu semakin menggembirakan dunia otomotif Indonesia. Selain mempermudah akses informasi, teknologi ini juga bisa menjadi sumber entertainment pembunuh kebosanan dalam menghadapi macetnya Jakarta. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Investigasi Derek Resmi Jalan Tol, Ternyata Tidak Gratis


Tarif tol dipastikan bakal konsisten naik tiap 2 tahun, seperti yang termaktub dalam UU Nomor 38 tahun 2004. Lantas bagaimana dengan fasilitas dan pelayanannya apakah ikut ditingkatkan seiring dengan kenaikan tarif tol? Khususnya layanan darurat berupa derek yang kabarnya masih ditemui praktek-praktek ilegal.

Untuk menguji pelayanan derek, awak OTOMOTIF melakukan investigasi langsung dengan berpura-pura mogok di tepi tol. Kemudian mencoba menghubungi nomor telepon yang tercantum di area tol jika butuh bantuan. Lokasinya dipilih di ruas tol menuju luar kota. Mobil yang ditumpangi sengaja dibuat mogok dan diparkir di bahu jalan.

Hari pertama saat baru berhenti dan membuka kap mesin, belum sempat menelepon petugas Jasa Marga, sebuah mobil derek yang dipastikan bukan derek resmi menghampiri persis di depan mobil OTOMOTIF. Hal yang menarik di sorot adalah petugas yang datang menggunakan seragam instansi Polda. Setelah diamati, mobil derek yang digunakan pun berlogo Polda.

Ada dua orang di dalam mobil, salah satunya menemui kami. Operator derek liar ini pun langsung menawarkan jasanya sembari mengajukan pertanyaan. “Kenapa mas? Mau di derek mobilnya?,” tanyanya. Sang operator derek liar gencar menawarkan jasanya, meski kami berdalih sedang mengecek kondisi mobil terlebih dahulu. “Berapa tarif dereknya mas?” tanya kami. “Biayanya sukarela mas,” jawab operator derek liar.

 Kalah cepat sama derek liar, Kebetulan dapat derek resmi yang sudah menggunakan hidrolik
Penasaran dengan kata sukarela, kami pun menanyakan kembali detail biaya jasa derek. “Rp 250 ribu mas, sampai pintu keluar tol. Jika ingin sampai tempat tujuan, maka ada biaya tambahan sesuai jarak tempuhnya,” bilangnya.

Dengan halus kami tolak tawaran tersebut seraya mencoba menghidupkan mesin mobil. Begitu mesin menyala, sang operator masih tersenyum dan mempersilahkan kami jalan. Bahkan ketika mobil kami jalan mereka mengikuti dari belakang. Rupanya mereka masih berharap mobil kami mogok kembali. Ya enggak lah mas orang mogok bohongan….hehehe.

Hari kedua investigasi dilanjutkan kembali. Lokasi yang sama kembali kami datangi. Kali ini menggunakan mobil yang berebda. Tulisan di spanduk yang terpampang di pintu tol jelas menginformasikan bahwa derek resmi Jasa Marga tidak dipungut biaya alias gratis. Setelah parkir dan membuka kap mesin, OTOMOTIF menelpon nomor layanan derek resmi Jasa Marga (021-80088123), beberapa kali dihubungi tidak ada yang menjawab.

Tidak lama berselang, kami pun dihampiri oleh petugas layanan jalan tol dari Jasa Marga yang kebetulan sedang berpatroli. Begitu turun dari mobil patrolinya petugas dengan ramah menyapa kami dan menanyakan kondisi mobil kami.

Setelah kami jelaskan kondisi mobil yang tidak mau hidup dan meminta mobil derek, petugas langsung berinisiatif mengontak rekannya untuk mengirim mobil derek. Sempat kami bilang saat menelpon ke nomor 021-80088123 tidak ada yang mengangkat. Sang petugas pun berpendapat seharusnya ada yang menjawab.

Respon dari petugas patroli tampak ramah dan informatif. Sambil menunggu derek datang, kami mendapat penjelasan mengenai armada pelayanan jalan tol dari sang petugas. Seperti jumlah mobil patroli dan mobil derek resminya. “Untuk mobil patroli ada 4 buah yang dibagi berdasarkan 3 ship kerja. Kemudian untuk armada derek resmi ada 9 unit yang operatornya dirotasi setiap 2 hari sekali,” jelas petugas patroli ini.

Namun bagi konsumen, hal yang lebih penting adalah garansi dari operator tentang kecepatan waktu respon ketika terjadi kecelakaan atapun trouble di jalan tol. Garansi waktu respon inilah yang semestinya dipertanggungjawabkan, bukan hanya soal kepemilikan armada derek saja.

Sudah 15 menit belum ada tanda-tanda mobil derek akan datang. Sambil menunggu kami pun berbincang lagi. Kali ini mengajukan pertanyaan seputar biaya derek yang katanya gratis. “Iya gratis. Namun para operator derek terkadang butuh tambahan untuk makan. Alhasil banyak konsumen merasa tidak tega,” bilang petugas patroli masih dengan nada ramah. Sambil menambahkan kalau biasanya konsumen banyak yang memberi uang rokok. “Tapi buat sebulan mas rokoknya,” candanya.

Dari petugas patroli ini diperoleh juga informasi mengenai besarnya biaya yang harus dibayarkan jika petugas derek meminta bayaran. “Kalau sampai pintu gerbang gratis, tapi setelah itu untuk sekali angkat Rp 100 ribu, kemudian untuk tiap kilometer Rp 8 ribu,” bebernya merinci.

Setelah menunggu hampir 30 menit, akhirnya petugas derek resmi datang. Untung cuaca cerah tidak hujan.

Tanpa basi-basi sang petugas langsung mempersiapkan peralatannya. Nah OTOMOTIF pun menanyakan untuk memastikan bahwa layanan derek resmi ini gratis. “Enggak mas bayar Rp 250 ribu sekali angkat sampai keluar pintu tol pertama,” tembak operator derek.

Wah! Beruntung sebelumnya sempat mengobrol dengan petugas patroli. Akhirnya kami menawar biaya derek yang disaksikan oleh petugas patroli. Alhasil sang petugas derek menyanggupi penawaran biaya sesuai yang dianjurkan oleh petugas patroli, yaitu sekali angkat Rp 100 ribu plus setiap km tambah Rp 8.000. Mobil derek yang digunakan tergolong modern dengan mesin penggerak hidrolik.

Sesampainya di lokasi yang telah kami tentukan, kemudian petugas derek menagih biaya operasional. Kami pun meminta bukti pembayaran. Ternyata memang ada kuitansi pembayarannya. Kemudian kami membayar sesuai dengan kesepakatan di awal, yakni Rp 100 ribu ditambah Rp 40 ribu (Rp 8 ribu dikali 5 km). jadi total Rp 140 ribu.

Kenyataan dilapangan berbeda dengan tulisan pada spanduk. Tidak ada layanan derek resmi gratis di dalam tol. Jika dikarenakan alasan untuk menutupi biaya operasional, mengapa tidak dibuat peraturan resmi dengan mencantumkan rincian biaya derek. Sehingga tidak memberi ruang kepada operator untuk meminta pungutan ilegal.
(mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Toyota Touch Pro, Cara Pintar Hindari Macet

Jakarta – Tak dipungkiri, salah satu penyakit di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya adalah kemacetan. Nah, teknologi Toyota Touch Pro dengan sistem multimedia ini mampu menghindari penggunanya dari macet berkat informasi lalu lintas berstandar Travel Protocol Expert Group (TPEG).

Standar TPEG sendiri berbasis teknologi Digital Audio Broadcasting (DAB) yang mengusung informasi lebih banyak dan cepat dibandingkan sistem lawas saat ini yaitu analog RDS-TMC.

Pengemudi dapat merencanakan perjalanan yang lebih efisien, baik dari sisi waktu maupun penggunaan bahan bakar. Karena sistem tersebut dikombinasikan dengan sistem navigasi satelit yang sudah ada.

Sistem analog RDS-TMC saat ini masih menggunakan frekuensi radio FM untuk mengirim data, yang bandwidth nya sepuluh kali lebih kecil ketimbang TPEG.

Hasilnya, informasi detail tentang lokasi kecelakaan atau pengerjaan jalan seperti yang disediakan versi analog, dapat dikembangkan lebih jauh. Diantaranya dengan tambahan informasi kecepatan, estimasi waktu tempuh hingga panjangnya kemacetan yang ditunjukan secara akurat.

Hebatnya lagi, dalam pengujian Toyota, sistem TPEG mampu memberikan peringatan lima kali lebih cepat dari sistem analog sehingga pengguna dapat segera mencari jalan pintas untuk menghindari lokasi macet.

Sayangnya saat ini, teknologi Toyota Touch Pro baru dipakai di negara Inggris, tetapi rencananya Toyota Touch Pro akan melengkapi model-model terbaru Toyota yang dipasarkan mulai tahun ini. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Mantap, Volvo Buat Airbag Untuk Pejalan Kaki

Eropa – Tak hanya memfokuskan pada faktor keselamatan penumpang, kini pabrikan mobil Eropa juga peduli keselamatan pejalan kaki. Salah satunya adalah Volvo dengan menciptakan teknologi, airbag bagi pejalan kaki. 

Teknologi ini ditanam pada varianV40 hatchback yang pamer di ajang Geneva Motor Show 2012 pekan lalu.

Airbag tersebut melambung meliputi daerah di atas kap yang mengangkat. Ditambah sekitar sepertiga dari luas kaca depan dan bagian bawah pilar A.

Cara kerja airbag ini didukung sebuah sensor yang terpasang pada bumper depan. Saat adanya benturan, V40 cepat mendeteksi adanya kontak antara mobil dengan pejalan kaki.

Respon berikutnya bagian kap mesin membuka seraya airbag yang mengembang berbentuk huruf U terdapat di depan kaca. Penggunaan airbag ini mampu menghindari pejalan kaki dari benturan langsung dengan kaca, yang bisa mengakibatkan kaca depan pecah.

Fitur canggih lain dari Volvo juga disematkan. Seperti Lane Keeping Aid untuk selalu memonitor pengemudi dan lajur berkendara. Juga haptic auto steering, Park Assist Pilot, automatic Road Sign Information, Active High Beam and a Cross Traffic Alert radar system at the rear.

Serta Pedesterian Detection dengan auto braker dan City Safety low-speed collision avoidance system yang mengurangi kecepatan hingga 49 km/jam saat melintas di dalam kota.

Hmm, jadi makin aman deh. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Wah, Anggun Bikin Video Klip Pakai Mobil

Perancis – Di Tanah Air nama penyanyi cantik asal Jakarta, Anggun lebih dikenal sebagai bintang iklan susu kalsium dan shampoo. Namun lain halnya di tempat tinggalnya Perancis, dimana ia menjadi endorser dari merek mobil Dacia Lodgy yang baru dirilis pekan lalu.

Yup, sebagai endorser Anggun ‘dihadiahi’ sebuah MPV Dacia Lodgy terbaru sebagai properti video klip terbarunya yang berjudul Echo (You and I). Video klip ini bertema fun, dimana Anggun membawa MPV 7-seater ini bersama para penari latar nya.

Istimewanya lagi, penyanyi kelahiran 29 April 1975 yang bernama lengkap Anggun Cipta Sasmi merupakan pengguna pertama Dacia Lodgy.

“Untuk membuat video klip ini, kami membutuhkan mobil yang baik untuk saya dan para penari. Dan Dacia bersedia memberikan Lodgy untuk pertama kali pada pembuatan klip ini,” ujar penyanyi yang ngetop dengan lagu “Snow on the Sahara”.

Dacia sendiri merupakan anak perusahaan Renault yang berasal dari Rumania, yang menaungi divisi mobil murah Renault. Produk yang ditawarkan saat ini adalah crossover Duster (yang dinegara Asia seperti India di rebadged dengan merek Renault), serta MPV Lodgy.

Ada tiga mesin Renault yang disematkan pada Lodgy, diantaranya 1.6 MPI (85 dk), 1.5 dCi (90 dk) dan 1.5 dCi (110 dk). Di Perancis, mobil ini dilepas sekitar Rp 118 juta pada varian paling murah. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Derek Liar, Susah Diberantas, Ada kolusi?

Baru beberapa pekan lalu, pihak PT Jasa Marga Tbk melakukan razia gabungan dan besar-besaran terhadap derek liar. “Ada beberapa derek liar yang ditangkap dan mobilnya dikandangin. Bahkan pengemudinya sempat ditahan, untuk membuat efek jera,” ujar Okke Merlina, corporate Secretary PT Jasa Marga saat itu.

Namun pemandangan yang tampak sekarang, derek liar kembali mendominasi di sebagian besar ruas tol. Mengalahkan derek resmi. Apalagi secara logonya juga hampir-hampir sama. Kenapa ini bisa terjadi?

“Susah mas. Soalnya tidak ada kemauan keras dari Jasa Marga. Padahal kalau mau mentertibkan kan mudah saja. Wong ruas tol yang dikelola juga jelas dan itu-itu saja. Kalau perlu, minta tolong aparat dong, bisa kepolisian atau tentara,” ujar mantan karyawan Jasa Marga yang enggan disebut jatidirinya.

Adanya derek liar kan sangat mengganggu pemilik kendaraan. Soalnya, dengan tarif tol yang terus naik pada 2 tahun sekali, tapi tak ada tambahan fasilitas buat konsumen. “Padahal pendapatan dari tol itu hampir 1 triliun rupiah tiap tahun. Eh, sekarang malah membangun gedung baru buat kantor Jasa Marga,” ujarnya yang mengaku tahu persis ada kolusi antara oknum PT Jasa Marga dengan penyedia derek liar.

Tulus Abadi, ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menengarai ada aroma pembiaran dengan maraknya derek liar. “Itu kan kasat mata. Kenapa dibiarkan. Kalau sudah ada derek resmi, kenapa mesti ada derek liar dalam tol?,” tanya Tulus.

Tulus juga tidak habis mengerti, katanya derek resmi itu gratis sampai keluar pintu tol terdekat. Kenyataannya juga minta imbalan juga. Sedangkan derek liar minta imbalannya malah memaksa dengan nominal tinggi yang tidak masuk akal. “Kalau situasinya tetap begini, YLKI akan menyerukan boikot dan lawan derek liar,” ucap Tulus.

Dwimawan Heru S, humas PT Jasa Marga Tbk ketika diminta konfirmasi mengaku akan menyampaikan kepada pihak terkait. “Masalahnya, hari ini ada rapat direksi seharian. Sedang besok dan lusa, seluruh pimpinan struktural akan melakukan gathering di luar kota. Jadi bisanya minggu depan kira-kira,” ujar Heru yang dihubungi selasa (6/3) di Jakarta. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

Mengenal Teknologi Hybrid Toyota


Karawang - Mobil ramah lingkungan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui teknologi hybrid, perpaduan dua mesin pada satu mobil. Di Indonesia, sepertinya masih banyak yang ragu dengan mobil hybrid. Benar?

Nah, supaya lebih akrab dengan teknologi Hybrid, Toyota coba mengenalkan mesin gandanya ini, dengan harapan era mobil hybrid bisa segera terwujud di tanah air. Mau tau lebih lanjut? Yuk, kita ulas.

Toyota Hybrid Synergy Drive, begitu Toyota menamakan sistem mesin gandanya ini, yang terdiri dari gabungan antara mesin bensin dan motor listrik. Mesin ini merupakan hasil adopsi dari dua jenis mesin hybrid yang berbeda, yakni hybrid series dan hybrid paralel.

Pada mesin hybrid tipe series, mesin bensin hanya bertugas memutar generator untuk mensuplai listrik ke baterai, sebagai sumber energi untuk menggerakkan roda.

Kelebihan pada mesin tipe ini, konsumsi bbm sangat irit karena mesin hanya bertugas menggerakkan generator saja, sementara mobil bergerak dengan tenaga listrik. Namun kekurangannya, performa mobil tidak bisa diharapkan.

Yang kedua, sistem hybrid paralel. Mesin bensin pada tipe paralel bertugas sebagai penggerak utama, yang dibantu oleh motor listrik. Kelebihan sistem paralel, performa mobil dapat diandalkan, namun konsumsi bbm tidak akan seirit tipe series.

Nah, Toyota dengan cerdas menggabungkan kedua sistem hybrid tersebut, yang mereka namakan Hybrid Synergy Drive. Tujuannya? Jelas agar performa tetap tersedia pada mobil, sementara konsumsi BBM bisa tetap ditekan seirit mungkin.

Toyota menambahkan Power Split Device, yang berfungsi secara konstan mengatur rasio tenaga mesin bensin dan motor listrik ke roda, sesuai dengan kebutuhan pengemudi. Sehingga, antara mesin bensin dan motor listrik bisa bersinergi untuk menggerakkan mobil.

Nah, jadi bisa dibayangkan, mobil yang anda kendarai menggunakan dua mesin yang berbeda namun satu tujuan, efisiensi dalam menggerakkan mobil. Ketika butuh performa, mesin bensin akan berfungsi, ketika butuh efisiensi, hanya motor listriknya saja yang berfungsi.

Di Indonesia, Toyota baru menerapkan teknologi Hybrid Synergy Drive ini pada Toyota Prius, baik yang generasi kedua dan ketiga. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here

New Porsche Carrera 911, Mobil Modern Bernuansa Klasik!

Jakarta - New Porsche 911 layaknya kisah yang terjaga sejak lama namun kini berbalut modernisasi. Pasalnya, Carrera 911 dan Carrera 911 S versi 2012 yang dirilis di Tanah Air pada Kamis (8/1) tetap memiliki sosok sporty tapi tetap menjaga basis desain serba bulat 911 sejak generasi awal di tahun 1963.

Tampak dari bodi New Carrera 911 yang berlekuk seksi, bagian depan dirancang lebih besar agar terlihat semakin berotot. Hal ini membuat bentuk siluet 911 tak mengalami perubahan signfikan dengan versi-versi sebelumnya.

Sedang perbedaan dengan generasi sebelumnya ada pada kisi udara di sisi bumper depannya kini lebih memanjang dengan lampu LED garis tipis di atas. Sementara frame spionnya yang berada pada ujung depan kaca dahulu, kini berpindah menempel pada pintu mobil.

Posisi spion diubah untuk memudahkan pengemudi dalam mengeliminasi blindspot. Desain buritan kelihatan berbeda dengan edisi sebelumnya karena didukung dengan lampu rem dengan cangkang yang lebih mencekung.

Hampir 90 persen dari semua komponen telah dirancang ulang atau dibangun ulang, tetapi dengan tetap menjaga DNA nya. Bodi barunya kini ringan 45 kg merupakan konstruksi aluminium baja intelejen sehingga proporsinys jadi signifikan.

Uniknya, sektor mesin pada varian Carrera 911 mengalami penurunan menjadi 3.400 cc, dari kapasitas sebelumnya yang 3.600 cc. Tetapi, varian basic ini justru mengalami kenaikan tenaga dari 325 dk menjadi 350 dk.

Sedangkan versi Carrera 911 S tetap menganut mesin bervolume 3.800 cc, namun kini bertenaga lebih besar, yakni 400 dk dari sebelumnya 355 dk. Asiknya lagi, kedua mesin anyar itu menghasilkan konsumsi emisi yang lebih rendah 16 persen.


Didukung dengan fitur Porsche Chasiss Dynamic Control (PCDC) yang membantu kestabilan pada versi Carrera S, membuat mobil ini mampu melahap sirkuit Nurburgring hanya dengan 7 menit 40 detik saja. Angka tersebut 14 detik lebih cepat dari model sebelumnya.

Masuk ke dalam kabin yang elegan, namun kulit hitam gelapnya menambah kesan maskulin dan sporty. Seperti berkaca pada Porsche Carrera GT, para desainer Porsche juga mengembangkan elemen interiornya secara apik. Diantaranya terlihat pada pemusatan instrumen di konsol tengah.

Ada lagi tuas transmisi yang lebih tinggi. Sehingga membuat pengendara akan mudah mengoperasikan fitur selama menyetir. Kursi sport semakin nyaman dengan pengaturan baru 4-way. (mobil.otomotifnet.com)


View the original article here