Wednesday, March 21, 2012

Spesialis ECU Haltech : Selalu Riset

Kehadirannya setiap hari di mesin dynamometer bengkel Khatulistiwa Suryanusa, ternyata sudah tercermin sejak Ovi Sardjan masih duduk di bangku SMP. "Sejak SMP saya memang suka dengan komputer mesin. Waktu itu namanya Megamap dan saya lihat di bengkel om saya (Ismail Sardjan, Red)," ujar Ovi, sapaan karibnya.

Meski sempat bekerja di salah satu perusaan trading sebagai IT, Ovi tetap kembali ke hobi awalnya utak-atik komputer baik software maupun hardware, terutama yang berhubungan dengan mesin mobil. Maka, tak perlu pikir panjang menerima tawaran untuk bergabung dengan bengkel Khatulistiwa Suryanusa pada tahun 2002.

Memang, tidak langsung pegang komputer mesin begitu bergabung dengan salah satu bengkel balap tenar nusantara. Namun memang sudah dasar hobi, pria 35 tahun ini tetap saja berusaha untuk mencari tahu lebih dalam mengenai Haltech. "Saya belajar banyak dari Om Kemal (Kemal A. Bachrie, Red)," lanjut Ovi.

Meski latar belakang pendidikannya di bidang ekonomi, pernah pindah kampus dari Gunadharma ke Institut Bisnis Manajemen Indonesia, semangat ngoprek komputer tetap dilakoninya. Tidak heran kalau Ovi mengalami sendiri perkembangan stand alone asal Australia ini. "Waktu masih Megamap, ngetune pakai PC, belum jaman laptop. Terus Haltech mulai dari sistem operasi DOS ke Windows 16 bit, terus sekarang 32 bit," kenangnya.  

Menurut Ovi, semua orang bisa memasang komputer mesin stand alone ECU seperti Haltech ini. "Bisa mengoperasikan komputer, lalu belajar software Haltech sama punya pengetahuan soal mesin," beber ayah seorang putra ini.

Selama bergelut dengan Haltech, Ovi selalu mengamati perkembangannya. Jika dulu pemasangan stand alone ECU wajib mengganti semua sensor dengan sensor Haltech, kini bisa memberdayakan sensor standar. "Yang penting bisa mengerti trigger dari mesin karena setiap mobil berbeda-beda," katanya. Trigger adalah sensor putaran mesin yang biasanya ada di kruk as dan kem.

Dasar hobi inilah yang bikin Ovi selalu memperhatikan detail kecil dan riset kecil-kecilan. "Saya juga suka memberi feedback pada produsen Haltech di Australia. Misalnya hasil tuning Jazz baru dan hasil dyno saya kirim ke sana. Mereka appreciate banget. Kadang ada software yang baru dikembangkan, kita diminta jajal dulu," girangnya.

Uniknya, riset sampai dilakukan pada mobil hariannya. Toyota Kijang kapsul keluaran awal dibikin injeksi dan pasang Haltech. Bukan buat kencang. "Paling sulit bikin settingan buat mobil harian karena harus tokcer pada segala kondisi. Misal enak saat panas, tetapi pas start pagi mbrebet," ulasnya.

Kalau buat mobil balap sih mudah. Karena kondisinya terukur hanya buat di dalam trek saja. Lantas kapan perlu pakai stand alone ECU Haltech? Intinya, jika settingan ECU standar sudah tidak mampu menyalurkan hasrat, silahkan pilih sesuai kebutuhan.

Mulai dari piggyback dulu seperti Haltech Interceptor. Kalau kurang, bisa coba piggybacking system pakai Haltech PS 500. Buat yang sudah advanced, ada pilihan Haltech PS 1000 dan PS 2000 dengan rentag harga antara Rp 11,250 - Rp 20,250 juta. (otosport.co.id)
Khatulistiwa Suryanusa
Jln. Pramuka Raya Kav.69
jakarta pusat
Telp.(021)4248384


View the original article here

No comments:

Post a Comment